• Breaking News

    Mitos Wayang Kulit Bagian Ke 2 - Adanya Mitos ‘Wayang Kulit Manusia’

    Misteri Galih Gumelar - Berbicara tentang mitos masyarakat tidak akan lepas dari masalah keyakinan masyarakat. Keyakinan masyarakat yang muncul biasanya dibangun atas dasar sebuah cerita atau dongeng maupun hikayat, yang turuntemurun dari masyarakat setempat yang tidak ditulis/terbukukan tapi diyakini dan dipercayai oleh masyarakat tersebut sehingga menjadi tradisi dan budaya. Sedangkan dalam hal tradisi dan budaya, masyarakat Jawa adalah pusatnya yang identik, kental dan erat sekali dengan dunia mitologi. Mitologi yang dimaksudkan mengartikannya yaitu, ilmu yang menceritakan tentang asal usul sesuatu yang bersifat ghaib.

    Pada kenyataannya, tradisi-tradisi religius dalam masyarakat terkait erat dengan mite atau mitos yang dapat digolongkan ke dalam cerita rakyat. Tradisitradisi ini seringkali telah menyatu dalam alam pikiran orang Jawa dan berpengaruh dalam memberi arah bagi kehidupannya. Mitos-mitos religius telah menjadi model dalam bertindak dan merupakan salah satu cara manusia dalam menjalin hubungan dengan kenyataan-kenyataan fisik dan lingkungannya. Pandangan semacam ini akan memberikan ruang untuk menempatkan mitos yang hidup dan berkembang dalam alam pikiran suatu
    masyarakat sebagai salah satu “pintu masuk” dalam usaha mengetahui dan memahami budaya mereka. Di alam pikiran mistik dan mitos dapat tercermin suatu sikap hidup yang terus berkembang
    menjadi satu budaya. Selain itu mistik merupakan salah satu bentuk, bahkan isi dasar dari Javanisme.

    Dalam dekade sekarang ini banyak orang yang menganggap mitos sebagai cerita khayal yang tidak ada artinya sama sekali. Mitos hanya dianggap sebagai cerita untuk “meninabobokkan” anak-anak atau cerita fantastik yang tidak rasional. Akan tetapi sebenarnya harus diakui bahwa mitos dapat mempunyai peranan yang fundamental bagi kehidupan masyarakat.

    Peranan mitos-pun kadang-kadang dapat menentukan ataupun dapat mengubah nasib seseorang. Mitos merupakan salah satu unsur dalam suatu sistem religi yang menjadi dasar kehidupan sosial dan
    kebudayaan manusia apabila dilihat dari konteks-konteks tertentu. Melalui mitos dapat diungkapkan alam pikiran masyarakat pendukungnya mengenai dunia sekitarnya, bagaimana mereka memandang gunung, laut, hutan, sungai, danau, dan sebagainya. Kebenaran tentang mitos, sesungguhnya dapat kita pahami secara filsafati, hal ini sesuai dengan ungkapan Ernst Cassier, yaitu suatu teori tentang  mitos sejak awal sudah sarat dengan kesulitan. Sifat dan hakikat mitos memang non teoritis. Mitos menampik dan menolak kategori-kategori dasar dalam pemikiran kita (Cassier, 1987:58). Selanjutnya fungsi mitos dikatakan oleh C. A. Van Peursen tidak hanya terbatas pada semacam reportase mengenai peristiwa yang dulu terjadi, sebuah kisah mengenai dewa-dewa dan dunia ajaib. Bukan mitos itu memberikan arah kepada kelakuan manusia, dan merupakan semacam pedoman untuk kebijaksanaan manusia. 

    Lewat mitos manusia dapat turut serta mengambil bagian dalam kejadian-kejadian sekitarnya, dapat menanggapi daya-daya kekuatan alam (C. A. Van Peursen, 1970: 37). Mitos yang muncul pada ‘Wayang Kulit Manusia’ adalah diyakininya wayang tersebut sebagai wayang yang terbuat dari kulit manusia, sehingga wayang tersebut menjadi suatu benda pusaka yang keramat. 

    Kesakralan wayang dan keangkeran muncul, karena kebetulan sering terjadi hal-hal gaib atau hal-hal yang diluar logika manusia ketika berhubungan dengan wayang tersebut. Diceritakan oleh Sumitro (dalang ‘Wayang Kulit Manusia’) bahwa berkali-kali terjadi suatu hal yang aneh terhadap ‘Wayang Kulit Manusia’ itu. Pernah pada suatu saat ketika diadakan pertunjukkan wayang, ada seseorang yang
    melihat pertunjukkan tersebut dan tidak percaya terhadap keramatnya wayang tersebut, kemudian orang tersebut mengatakan bahwa wayang itu hanya wayang biasa, maka langsung seketika orang tersebut mulutnya perot (mulutnya bergeser ke samping). Kejadian yang lain juga pernah terjadi wayang tokoh Arjuna tersebut akan dipinjam dibawa ke kota Semarang oleh seorang wartawan, tetapi
    ternyata tidak dikembalikan, dan yang terjadi wartawan tersebut mengalami sakit parah dan meninggal dunia, dan wayang itu kembali ke tangan bapak Sumitro dengan sendirinya.

    Lebih lanjut Sumitro menceritakan kejadian lain yang benarbenar terjadi secara nyata, ketika tetangga  dusun meminta diadakan pertunjukkan ‘Wayang Kulit Manusia’ tersebut yang jarak rumahnya tidak begitu jauh (sekitar 2 km)  dengan tempat tinggal bapak Sumitro, disaat seperangkat wayang tersebut mau diangkat oleh para pemuda setempat, ada beberapa orang yang menganggap remeh wayang tersebut. Kemudian 1 kotak wayang itu dibawa oleh 18 orang pemuda menuju ke tempat tujuan, maka terjadi suatu keanehan yaitu kotak wayang tersebut menjadi sangat berat sekali,
    sehinga ketika kotak tersebut dibawa dari rumah bapak Sumitro pukul 09.00 pagi sampai ditempat tujuan pukul 16.00 sore. 

    Pada hal ketika bapak Sumitro juga berangkat ke tempat tujuan yang berangkatnya jauh sesudah kotak wayang tersebut dibawa, ternyata malah lebih dulu sampai di tempat tujuan (bapak Sumitro
    berangkat dari rumah pukul 13.00 siang dan sampai ditempat tujuan pukul 14.00 siang)
    Kejadian aneh yang berkaitan dengan wayang keramat tersebut dibenarkan oleh Darnomo salah satu perangkat desa Kenalan, yang sudah sering kali melihat sendiri kejadian-kejadian aneh tersebut. Pernah pada suatu ketika ‘Wayang Kulit Manusia’ khususnya tokoh Arjuna dipinjam oleh seorang wartawan dari Semarang yang katanya akan dikembalikan, namun wayang itu tidak dikembalikan tetapi ditempatkan di museum pribadi. Setelah empat puluh hari wayang tersebut tiba-tiba sudah berada di rumah pak Sumitro dengan sendirinya dan selang empat puluh hari kemudian wartawan tersebut meninggal dunia tanpa sebab apapun. Kejadian aneh yang lain yaitu ketika diadakan pentas wayang di desa Kenalan, setelah selesai pentas yang seharusnya sajen (sesaji wayang) ikut dikembalikan ke rumah pak Sumitro bersamaan dengan seperangkat wayang dan gamelannya, namun hal itu tidak dilakukan, tiba-tiba seluruh isi rumah tempat wayang tersebut dipentaskan mendadak pingsan tanpa sebab. Namun setelah sajen wayang itu diantar ke rumah pak Sumitro, semua orang yang pingsan sadar kembali seperti tidak pernah terjadi apa-apa.


    KEPUSTAKAAN
    Anderson, Benedict R.O.G., Mithology and the Tolerance of the Javanesse, Cornell University, Ithaca, New York, 1965

    Cassirer, Ernst, Manusia dan Kebudayaan, Sebuah Essei Tentang Manusia, terjemahan Alois A. Nugroho, PT Gramedia, Jakarta, 1987

    Geerts, Clifford, The Interpretation of Culture, Basic Books, New York, 1973 ______, The Religion of Java, The Free Press, New York, 1969

    http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Magelang

    http://id.wikipedia.org/wiki/Kulit

    http://id.wikipedia.org/wiki/Mitos

    Herusatoto, Budiono, Simbolisme dalam Budaya Jawa, PT. Hanindita, Yogyakarta, 1987 

    Holt, Claire, Art in Indonesia, Cornell University Press, Itaca, New York, 1967

    Kempers, Bernet, , AJ, Ancient Indonesian Art, Harvard University Press,Cambridge, Massachusetts, 1959

    Linton, Ralph, “The Cultural Background of Personality”, Appleton-CenturyCrofts, New York, (1945), dalam: T.O.

    Ihromi, Pokok-pokok Antropologi Budaya, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1999 Mangkudimeja, R.M., Kawruh Asalipun Ringgit Sarta Gegepokanipun Kaliyan Agami ing Jaman Kina (pembaruan),
    Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1979 

    Mulyono, Sri, Simbolisme Mistikisme dalam Wayang, Penerbit PT Gunung Agung, Jakarta 1979

    _____, Wayang, Asal-usul, Filsafat dan Masa Depannya, Penerbit PT Gunung Agung, Jakarta, 1982

    _____, Wayang dan Filsafat Nusantara, Penerbit PT Gunung Agung, Jakarta, 1982

    Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 1990

    Otok Herum Marwoto, Wayang Kulit Manusia antara Mitos dan Kenyataan.

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Misteri

    Mitos

    Artikel